Tampilkan postingan dengan label Species. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Species. Tampilkan semua postingan

Kamis, 04 Agustus 2016

Budidaya Kiwi.

Peluang Usaha Budidaya Kiwi

Buah kiwi telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Buah ini diketahui memiliki kandungan vitamin dan juga nutrisi-nutrisi penting lainnya bagi tubuh sehingga dapat meningkatkan kesehatan apabila dikonsumsi. Dengan manfaat tersebut, kiwi banyak dicari oleh para konsumen dan ini merupakan kesempatan usaha yang bagus bila kita mau menekuni budidaya buah kiwi.
Akan tetapi untuk bisa berhasil dalam membudidayakan buah kiwi, kita dituntut untuk mempelajari teknik budidaya buah kiwi dengan matang. Namun kita tidak perlu cemas karena sebenarnya pemeliharaan tanaman kiwi tidaklah sulit untuk dilakukan. Kita hanya perlu belajar dengan baik agar hasil dari usaha kita bisa optimal.

Rabu, 10 Februari 2016

Budidaya Aren atau kolang kaling

Arenga_Pinata_Palm2


I. Pendahuluan

Masyarakat pada umumnya, sudah sejak lama mengenal pohon aren sebagai pohon yanh dapat menghasilkan bahan-bahan untuk industri kerajinan. Hamper semua bagian atau produk tanaman ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi, tanaman ini kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan secara sungguh-sungguh oleh berbagai pihak.
Selama ini pemenuhan akan permintaan bahan baku industri yang berasal dari bagian-bagian pohon aren, masih dilayani dengan mengendalikan tanaman aren yang tumbuh liar (tidak ditanam orang). Bagian-bagian fisik pohon aren yang dimanfaatkan, misalnya akar ( untuk obat tradisional), batang (untuk berbagai peralatan), Ijuk (untuk kerpeluan bangunan), daun (kususnya daun muda untuk pembungkus dan merokok). Demikian pula hasil produksinya seperti buah dan nira dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman.
Permintaan produk-produk yang dihasilkan dari tanaman ini akan selalu meningkat sejalan dengan perkembangan pembangunan yang ada. Oleh karena itu penanaman atau pembudidayaan tanaman aren mempunyai harapan atau prospek yang baik dimasa datang.
Saat ini telah tercatat ada empat jenis pohon yang termasuk kelompok aren yaitu : Arenge pinata (Wurmb) Merr, Arenge undulatitolia Bree, Arenge westerhoutii Grift dan Arenge ambcang Becc. Diantaranya keempat jenis tersebut yang sudah dikenal manfaatnya adalah arenge piñata, yang dikenal sehari-hari dengan nama aren atau enau.
Usaha pengembangan atau pembudidayaan tanaman aren di Indonesia sangat memungkinkan. Disamping masih luasnya lahan-lahan tidak produktif, juga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri atas produk-produk yang berasal dari tanaman aren, sekaligus meningkatkan pendapatan petani dari usaha tani tanaman aren dan dapat pula ikut melestarikan sumber daya alam serta lingkungan hidup.

II Mengenal Aren

A. Bentuk Pohon, Bunga dan Buah
Aren termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan). BAtangnya tidak berduri, tidak bercabang, tinggi dapat mencapai 25 meter dan diameter pohon dapat mencapai 65 cm.

Tanaman ini hamper mirip dengan pohon kelapa. Perbedaannya,, jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas), maka batang pohon aren ini sangat kotor karena batangnya terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua sulit diambil atau lepas dari batangnya. Oleh karena itulah, batang pohon aren sering ditumbuhi oleh banyak tanaman jenis paku-pakuan.
Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5 meter, helaian daun panjangnya dapat mencapai 1.45 meter, lebar 7 cm dan bagian bawah daun ada lapisan lilin.
B. Penyebaran dan Syarat Tumbuh
Wilayah penyebaran aren terletak antara garis lintang 20º LU – 11ºLS yaitu meliputi : India, Srilangka, Banglades, Burma, Thailand, Laos, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Hawai, Philipina, Guam dan berbagai pulau disekitar pasifik. (Burkil, 1935); Miller, 1964; Pratiwi (1989).

Di Indonesia tanaman aren banyak terdapat dan tersebar hamper diseluruh wilayah Nusantara, khususnya di daerah perbukitan dan lembah.
Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus (Hatta-Sunanto, 1982) sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat, berlumur dan berpasir, tetapi aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya tinggi (pH tanah terlalu asam). Aren dapat tumbuh pada ketinggian 9 – 1.400 meter di atas permukaan laut. Namun yang paling baik pertumbuhannya pada ketinggian 500 – 800 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan lebih dari 1.200 mm setahun atau pada iklim sedang dan basah menurut Schmidt dan Ferguson.
C. Nama-nama Daerah
Aren (Arrenge pinnata) mempunyai banyak nama daerah seperti : bakjuk/bakjok (Aceh), pola/paula (Karo), bagot (Toba), agaton/bargat (Mandailing), anau/neluluk/nanggong (Jawa), aren/kawung (Sunda), hanau (dayak,Kalimantan), Onau (Toraja, Sulawesi), mana/nawa-nawa (Ambon, Maluku).

D. Kegunaan Pohon Aren.
Pohon aren dapat dimanfaatkan, baik berfungsi sebagai konservasi, maupun fungsi produksi yang menghasilkan berbagai komoditi yang mempunyai nilai ekonomi.

a. Fungsi Konservasi
Pohon aren dengan perakaran yang dangkal dan melebar akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi tanah. Demikian pula dengan daun yang cukup lebat dan batang yang tertutup dengan lapisan ijuk, akan sangat efektif untuk menahan turunnya air hujan yang langsung kepermukaan tanah. Disamping itu pohon aren yang dapat tumbuh baik pada tebing-tebing, akan sangat baik sebagai pohon p[encegah erosi longsor.
b. Fungsi Produksi
Fungsi produksi dari pohon aren dapat diperoleh miulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Di Jawa akar aren digunakan untuk berbagai Obat Tradisional (Heyne, 1927; Dongen, 1913 dalam Burkil 1935). Akar segar dapat menghasilkan arak yang dapat digunakan sebagai obat sembelit, obat disentri dan obat penyakit paru-paru.
Batang yang keras digunakan sebagai bahan pembuat alat-alat rumah tangga dan ada pula yang digunakan sebagai bahan bangunan. Batang bagian dalam dapat menghasilkan sagu sebagai sumber karbohidrat yang dipakai sebagai bahan baku dalam pembuatan roti, soun, mie dan campuran pembuatan lem (Miller, 1964). Sedangkan ujung batang yang masih muda (umbut) yang rasanya manis dapat digunakan sebagai sayur mayor (Burkil, 1935).
Daun muda, tulang daun dan pelapah daunnya, juga dapat dimanfaatkan untuk pembungkus rokok, sapu lidi dan tutup botol sebagai pengganti gabus. Tangkai bunga bila dipotong akan menghasilkan cairan berupa nira yang mengandung zat gula dan dapat diolah menjadi gula aren atau tuak (Steenis et.al., 1975). Buahnya dapat diolah menjadi bahan makanan seperti kolang-kaling yang banyak digunakan untuk campuran es. Kolak atau dapat juga dibuat manisan kolang-kaling.

III. Penanaman Aren

A. Pengumpulan dan Pemilihan Biji.
Tanaman aren dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji). Dengan cara ini akan diperoleh bibit tanaman dalam jumlah besar, sehingga dapat dengan mudah mengembangkan (membudidayakan) tanaman aren secara besar-besaran.

Langkah yang perlu dilakukan dalam pengumpulan dan pemilihan biji adalah sebagai berikut :
  • Pengumpulan buah aren yang memenuhi persyaratan.
    • Berasal dari pohon aren yang pertumbuhannya sehat, berdaun lebat.
    • Buah aren masak benar (warna kuning kecoklatan dan daging buah lunak).
    • Buah berukuran besar (diameter minimal 4 cm)
    • Kulit buah halus (tidak diserang penyaklit).
  • Keluarkan biji aren buah yang telah dikumpulkan dengan membelahnya.
  • Memilih biji-bijian aren yang memenuhi syarat :
    • Ukuran biji relative besar
    • Berwarna hitam kecoklat0coklatan
    • Permukaan halus (tidak keriput)
    • Biji dalam keadaan sehat/tidak berpenyakit.
  • Yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan biji adalah bahwa buah aren terkandung asam oksalat yang apabila mengenai kulit kita akan menimbulkan rasa sangat gatal. Oleh Karen itu perlu perlu dilakukan pencegahan antara lain dengan cara :
    • Memakai sarung tangan apabila kita sedang mengambil biji dari buahnya.
    • Hindari agar tangan kita tidak menyentuh bagian tubuh lain, ketika mengeluarkan biji-biji aren tersebut dari buahnya.
    • Cara lain untuk mencegah agar tidak terkena getah aren ketika kita sedanga mengeluarkan bijinya dari buah yaitu dengan memeram terlebih dahulu buah-buah aren yang sudah tua sampai membusuk. Pemeraman dapat dilakukan dengan memasukan buah aren de dalam kotak kayu dan ditutup dengan karung goni yang selalu dibasahi. Setelah ± 10 hari, buah aren menjadi busuk yang akan memudahkan pengambilan biji-bijian.
B. Pembibitan
Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bibit dari permudaan alam dan bibit dari hasil persemaian biji.

a. Pengadaan bibit dari permudaan alam/anakan liar.
Proses pembibitan secara alami dibantu oleh binatang yaitu musang. Binatang tersebut memakan buah-buahan aren dan bijinya dan bijinya keluar secara utuh dari perutnya bersama kotoran. Bibit tumbuh tersebar secara tidak teratur dan berkelompok. Untuk menanamnya dilapangan, dapat dilakukan dengan mencabut secara putaran (bibit diambil bersama-sama dengan tanahnya).
Pemindahan bibit ini dapat langsung segera ditanam di lapangan atau melalui proses penyapihan dengan memasukan anakan dke dalam kantong plastic (polybag) selama 2-4 minggu.
b. Pengadaan bibit melalui persemaian
Untuk mendapatkan bibit dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang baik, dilakukan melalui pengadaan bibit dengan persemaian.
Proses penyemaian biji aren berlangsung agak lama. Untuk mempercepatnya dapat dilakukan upaya perlakuan biji sebelum disemai yaitu :
  • Merendam biji dalam larutan HCL dengan kepekatan 95 % dalam waktu 15 – 25 menit.
  • Meredam biji dalam air panas bersuhu 50º selama 3 menit.
  • Mengikir biji pada bagian dekat embrio.
Media penyemaian dapat dibuat dengan kantong plastic ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan kompos, pasir dan tanah 3 : 1 : 1 dan lubangi secukupnya pada bagian bawahnya sebagai saluran drainase. Biji-biji yang telah diperlakukan tersebut dimasukan kedalam kantong plastic tersebut sedalam sekitar ¾ bagian biji di bawah permukaan tanah dengan lembaga menghadap ke bawah dengan posisi agak miring.
Untuk mencapai bibit siap tanam di lapangan (ukuran = 40 cm) diperlukan waktu persemaian 12 – 15 bulan.
Pemeliharaan bibit di persemaian dilakukan dengan cara :
  • Penyiraman 2 kali sehari, pagi jam 08.00 – 09.00 dan sore hari jam 15.00 – 16.00
  • Penyiangan persemaian yaitu menghilangkan rumput-rumput pengganggu.
  • Pemberantasan hama dan penyakit, apabila ada gejala serangan hama dan penyakit.
C. Penanaman
Teknik penanaman aren dapat dilakukan dengan sistim monokultur atau dengan sistim agroforestri/tumpangsari. Dengan sistim monokultur terlebih dahulu dilakukan pembersihan lapangan dari vegetasi yang ada (land clearing) dan pengolahan tanah dengan pembajakan atau pencangkulan serta pembuatan lubang tanaman.

Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dan jarak antar lubang (jarak tanam) 5 x 5 m atau 9 x 9 m. untuk mempercepat pertumbuhan pada lubang tanaman diberi tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang, urea, TSP, sekitar 3 – 5 hari setelah lubang tanaman disiapkan, baru dilakukan penanaman. Bibit yang baru ditanam, sebaiknya diberi naungan atau peneduh.
Sistim agroforestri/tumpangsari, ini dapat dilakukan dengan menamai bagian lahan yang terbuka yaitu diantara kedua tanaman pokok dengan tanaman penutup tanah seperti leguminose atau tanaman palawija
D. Pemeliharaan Tanaman
Agar budidaya aren dapat berhasil dengan baik diperlukan pemeliharaan tanaman yang cukup. Pemeliharaan tanaman aren meliputi :

a. Pengendalian Hama Penyakit
Hama dan penyakit pohon aren belum terlalu banyak di ketahui. Namun sebagai langkah pencegahan dapat didekat dengan mengetahui hama dan penyakit yang biasa menyerang jenis palmae yang lain seperti kelapa, kelapa sawit dan sagu.
Hama pada tanaman jenis Palmae antara lain berupa kumbang badak (Oryctes thinoceros), kumbang sagu (Rhinochophorus ferrugineus(, belalang (Sexava spp). Hama lain untuk pohon aren ini adalah pengisap nira dan bunga seperti lebah, kelelawar dan musang. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara :
  • Mekanis, yaitu pohon-pohon aren yang mendapat serangan hama ditebang dan dibakar.
  • Kimiawi, yaitu dengan penyemprotan pestisida tertentu seperti Heptachlor 10 gram, Diazonin 10 gram dan BHC.
Jenis penyakit yang sering menyerang pohon aren di persemaian adalah bercak dan kuning pada daun yang disebabkan oleh Pestalotia sp., Helmiathosporus sp. penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan fungisida seperti Dithane N-45, Delsene NX 200.
b. Penanggulangan tanaman pengganggu (gulma)
Tanaman pengganggu (gulma) pada tanaman aren sangat mengganggu pertumbuhannya. Oleh karena itu, pengendalian gulma harus dilakukan.
Gulma pada tanaman/pohon aren umumnya terdapat di dua tempat yaitu pada bagian batang (seperti benalu dan kadaka) dan pada tanah di sekitar pangkal teratur yaitu 4 kali setahun sampai tanamanberumur 3-4 tahun. Teknis pemberantasannya dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan menghilangkan tanaman pengganggu tersebut dari pohon aren.
c. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk merangsang pertumbuhan pertumbuhan agar lebih cepat. Pemupukan dilakukan pada tanaman berumur 1 -3 tahun dengan memberikan seperti pupuk urea, NPK, pupuk kandang dan KCL yang ditaburkan pada sekeliling batang pohon aren yang telah digemburkan tanahnya.

IV. Pemungutan Hasil

A. Jenis Hasil
Seperti telah diuraikan di muka, hamper semua bagian dari pohon aren dapat dimanfaatkan atau menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi.
Jenis produk yang dihasilkan dari pohon aren yaitu sebagai berikut :
  • Ijuk sebagai bahan baku pembuatan peralatan keperluan rumah tangga.
  • Nira sebagai bahan baku gula merah, tuak, dan cuka.
  • Kolang-kaling yang dihasilkan dari buah pohon aren.
  • Tepung aren sebagai bahan baku pembuatan sabun, mie, dawet (cendol).
  • Batang pohon sebagai bahan bangunan dan peralatan rumah tangga.
B. Pemungutan Hasil
Ijuk
Ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari 5 tahun sampai dengan tongkol-tongkol bunganya keluar. Pohon yang masih muda produksi ijuknya kecil. Demikian pula, pohon yang mulai berbunga kualitas dan hasil ijuknya tidak baik.
Pemungutan ijuk dapat dilakukan dengan memotong pangkal pelepah-pelapah daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan anyaman ijuk itu lepas dengan menggunakan parang dari tempat ijuk itumenempel.
Lempenganlempengan anyaman ijuk yang baru dilepas dari pohon aren, masih mengandung lidi-lidi ijuk. Lidi-lidi ijuk dapat dipisahkan dari serat-serat ijuk dengan menggunakan tangan. Untuk membersihkan serat ijuk dari berbagai kotoran dan ukuran serat ijuk yang besar, digunakan sisir kawat. Ijuk yang sudah dibersihkan dapat dipergunakan untuk membuat tambang ijuk, sapu ijuk, atap ijuk dll.

Nira

Nira aren dihasilkan dari penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina. Akan tetapi biasanya, tandan bunga jantan yang dapat menghasilkan nira dengan kualitas baik dan jumlah yang banyak. Oleh karena itu, biasanya penyadapan nira hanya dilakukan pada tandan bunga jantan.
Sebelum penyadapan dimulai, dilakukan persiapan penyadapan yaitu :
  • Memilih bunga jantan yang siap disadap, yaitu bunga jantan yang tepung sarinya sudah banyak yang jatuh di tanah. Hal ini dapat dilihat jika disebelah batang pohon aren, permukaan tanah tampak berwarna kuning tertutup oleh tepungsari yang jatuh.
  • Pembersihan tongkol (tandan) bunga dan memukul-mukul serta mengayun-ayunkannya agar dapat memperlancar keluarnya nira.
Pemukulan dan pengayunan dilakukan berulang-ulang selama tiga minggu dengan selang dua hari pada pagi dan sore dengan jumlah pukulan kurang lebih 250 kali.
Untuk mengetahui, apakah bunga jantan yang sudah dipukul-pukul dan diayun-ayun tersebut sudah atau belum menghasilkan nira, dilakukan dengan cara menorah (dilukai) tongkol (tandan) bunga tersebut. Apabila torehan tersebut mengeluarkan nira maka bunga jantan sudah siap disadap.
Penyadapan dilakukan dengan memotong tongkol (tandan) bunga pada bagian yang ditoreh. Kemudian pada potongan tongkol dipasang bumbung bamboo sebagai penampung nira yang keluar.
Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari (dalam 24 jam) pagi dan sore. Pada setiap penggantian bumbung bamboo dilakukan pembaharuan irisan potongan dengan maksud agar saluran/pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira dapat keluar dengan lancer.
Setiap tongkol (tandan) bunga jantan dapat dilakukan penyadapan selama 3 – 4 bulan sampai tandan mongering. Hasil dari air aren dapat diolah menjadi gula aren, tuak, cuka dan minuman segar.
Tepung aren
Tepung aren dapat dihasilkan dengan memanfaatkan batang pohon aren dengan proses sebagai berikut :
  • Memiliki batang pohon aren yang banyak mengandung pati/tepungnya dengan cara :
    • Umur pohon relative muda (15 – 25 tahun)
    • Menancapkan kampak atau pahat ke dalam batang sedalam 10 – 12 cm pada dari ketinggian 1,5 m dari permukaan tanah.
    • Periksa ujung kampak atau pahat tersebut apakah terdapat tepung/pati yang menempel.
    • Apabila terdapat tepung/pati, tebang pohon aren tersebut.
  • Potong batang pohon yang sudah ditebang menjadi beberapa bagian sepanjang 1,5 – 2,0 m.
  • Belah dan pisahkan kulit luar dari batang dengan empelurnya.
  • Empelur diparut atau ditumbuk, kemudian dicampur dengan air bersih (diekstraksi).
  • Hasil ekstraksi diendapkan semalaman (±12 jam) dilakukan pemisahan air dengan endapannya. Lakukan pencucian kembali dengan air bersih dan diendapkan lagi, sampai menghasilkan endapan yang bersih
  • Hasil endapan dijemur sampai kering.
Tepung aren dapat dipergunakan sebagai bahan baku seperti mie, soun, cendol, dan campuran bahan perekat kayu lapis.
Kolang Kaling
Kolang kaling dapat diperoleh dari inti biji buah aren yang setengah masak. Tiap buah aren mengandung tiga biji buah. Buah aren yang setengah masak, kulit biji buahnya tipis, lembek dan berwarna kuning inti biji (endosperm) berwarna putih agak bening dan lembek, endosperm inilah yang diolah menjadi kolang-kaling.
Adapun cara untuk membuat kolang-kaling :
  • Membakar buah aren dengan tujuan agar kulit luar dari biji dan lender yang menyebabkan rasa gatal pada kulit dapat dihilangkan. Biji-biji yang hangus, dibersihkan dengan air sampai dihasilkan inti biji yang bersih.
  • Merebus buah aren dalam belanga/kuali sampai mendidih selam 1-2 jam. Dengan merebus buah aren ini, kulit biji menjadi lembek dan memudahkan untuk melepas/memisahkan dengan inti biji. Inti biji ini dicuci berulang-ulang sehingga menghasilkan kolang-kaling yang bersih.
Untuk menghasilkan kolang-kaling yang baik )bersih dan kenyal) inti biji yang sudah dicuci diendapkan dalam air kapur selama 2 – 3 hari. Setelah direndam dlam air kapur, maka kolang-kaling yang terapung inilah yang siao untuk dipasarkan.
Sumber: http://disbun.jabarprov.go.id/data/arsip/Budidaya%20Tan.%20Aren.doc.

Budidaya Aren – Jual Benih Aren

Prospek emas si pohon Aren sebenarnya sudah diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Bonang, seorang waliyulloh penyebar Agama Islam di Pulau Jawa. Konon beliau waktu itu dirampok/ dibegal oleh berandal Lokajaya yang menginginkan harta dari Kanjeng Sunan Bonang.
Singkatnya menurut alkisah, beliau menunjuk pada pohon Aren dan mengatakan bahwa kalau ingin harta banyak lihatlah pohon Aren itu. Maka berandal Lokajaya itu melihat emas di pohon Aren tersebut. Buahnya laksana emas yang bergelantungan.
Emas adalah lambang kemakmuran dan kesejahteraan, bahkan lambang kemewahan. Ternyata baru awal tahun 2000-an ini para ahli bangsa Indonesia baru menyadari isyarat tersembunyi atau rahasia emas si pohon Aren. Kanjeng Sunan memang tidak menjelaskan secara jelas, namun kiranya Tuhan Yang Maha Latif mengajarkannya melalui ilmunya seorang Wali yaitu Kanjeng Sunan Bonang kepada berandal Loka Jaya.
Ternyata emas itu berasal dari Nira Aren yang keluar dari hasil sadapan tangkai bunga, baik dari tangkai bunga betina maupun tangkai bunga jantan. Pohon yang sudah maksimal pertumbuhan vegetatifnya (sekitar umur 6 tahun kalau tumbuh liar atau alami) akan mengeluarkan bunga betina sampai dengan 6, 8 atau 12 tandan bunga betina. Ada juga pohon Aren yang tidak pernah mengeluarkan tandan bunga betina, namun langsung dari awal masa generatifnya hanya tandan bunga jantan saja sampai akhir.
Tandan bunga pertama muncul dari bagian paling atas pohon kemudian tandan berikutnya muncul dari ketiak pelepah daun yang berada di bawahnya. Tandan bunga selanjutnya muncul terus menerus bergantian dari atas menuju ke bawah sampai pada bekas ketiak pelepah daun terbawah.
Dari seorang petani Aren yaitu Bapak Sarman di Mambunut Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, diketahui bahwa ternyata tandan bunga betina yang biasanya mengeluarkan buah kolang-kaling, bisa disadap air niranya. Bahkan hasil nira dari tandan bunga betina ini hasil sadapannya mencapai 40 liter Nira setiap hari per pohon. Setiap hari dilakukan dua kali sadap, yaitu pagi sekitar jam 7.00 dan sore sekitar jam 17.00. Hasil sadapan pagi biasanya lebih banyak dari pada yang sore hari. Keluarnya nira yang paling deras terjadi pada waktu sekitar jam 03.00 s/d jam 04.00 dini hari. Dia mengilustrasikannya, bahwa seperti manusia kalau dia kedinginan keringatnya kurang tapi kencingnya yang banyak.
Kalau seandainya pohon Aren ini dikebunkan seperti sang pendatang dari Brazil, yaitu Kelapa Sawit, dengan bibit yang unggul, pemeliharaan yang intensif, pemupukan yang cukup, pengelolaan menejemen kebun yang memadai. Tentu hasilnya akan lebih baik dari pada yang sekarang ini dihasilkan dari pohon yang alami bahkan yang tumbuh liar dengan jarak yang tidak beraturan.
Dengan memakai asumsi produksi yang alami saja misalkan 10 liter nira/hari/pohon; jika 100 pohon yang disadap setiap harinya (dari populasi 250 pohon setiap hektar), maka akan diperoleh nira 1.000 liter/hari/ha. Rendemen gula merah dari nira sekitar 20-26,5 %, artinya dari 1.000 liter maka akan diperoleh sekitar 200-265 kg gula merah setiap hari. Kalau harga di tingkat petani Rp 5.000/kg, maka setiap hari pendapatan kotor petani aren dengan areal 1 hektar akan memperoleh sekitar Rp 1.000.000/hari/ha sampai dengan Rp 1.325.000/hari/ha.
Tentu pendapatan itu masih dikurangi dengan biaya tenaga sadap sebanyak 3-5 orang, tenaga pengolah gula 1-2 orang. Berarti setiap hektarnya kebun sudah menyerap tenaga kerja antara 4-7 orang, memberi pendapatan kepada petani pemilik yang demikian besar.
Bukankah ini yang dimaksud dengan kemakmuran, yaitu petani dengan pendapatan tinggi, tidak ada lagi pengangguran, roda ekonomi di pedesaan akan berjalan lagi ……. yaaaa… prospek emas dari pohon Aren itu akan menjadi kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk negeri, seperti isyarat sang Waliulloh Kanjeng Sunan Bonang. [Sumber]

Jumat, 20 Juli 2012

Buni





Deskripsi
Buni berbentuk pohon yang meluruhkan daunnya, tumbuhnya sesuai dengan model arsitektur Rauh, tingginya 3-10(-30) m, batang pokoknya tegak, biasanya bercabang rendah. Daun-daunnya berseling, berbentuk lanset-lonjong, berukuran (19-25) cm X (4-10) cm, pangkalnya tumpul atau membundar, ujungnya luncip (acuminate) atau tumpul, pinggirannya rata, teksturnya menjangat, berkilap, tulang daun utama menonjol di lembaran bawah daun, panjang tangkai daun mencapai 1 cm.

Binjai



Deskripsi
Kandungan Kira-kira 65% dari keseluruhan buah binjai dapat dimakan. Setiap 100 g bagian yang dapat dimakan mengandung: 86,5 g air, 1 g protein, 0,2 g lemak, 11,9 g karbohidrat (termasuk serat), 0,4 g abu, 0,08 mg tiamina, 0,005 mg ß-karotena, dan 5 8 mg vitamin C. Nilai energinya 200 kJ/100 g. Sari buah yang berwarna putih dari binjai yang masih muda sangat gatal, baik terhadap kulit maupun jika dimakan; pernah digunakan untuk mencederai musuh! Ada pun sari buah kemang tidak pernah melukai kulit. Botani Binjai berperawakan pohon besar, seringkali mempertahankan penampilannya yang menarik, tingginya 30(-45) m, dan batangnya berdiameter 50-80(-120) cm atau lebih. Batangnya berbentuk tugu, tak berakar papan, tajuknya berbentuk kubah dengan percabangan yang rapat; kuiit kayunya berwarna coklat-kelabu, bagian luarnya beralur-alur, mengandung getah yang gatal. Daunnya berbentuk jorong sampai bentuk lanset, mendekati bundar telur sungsang, berukuran (7-)1012(-30) cm x (3-)4--5,5(-10) cm, lembaran sebelah atas berwarna hijau 'medium' dan berkilap, lembaran sebelah bawah lebih pucat warnanya, daun-daun sering bergerombol di ujung ranting, kaku, menjangat, meluncip tumpul atau menumpul; ibu tulang daun tebal, memipih, muncul di lembaran sebelah atas, pangkalnya lambat-laun melanjut; tangkai daun kaku, memipih, panjangnya 1-1,5(-2,5) cm. Malai bunga di ujung ranting, panjangnya 15-25(40) cm, bercabang banyak dengan rakis dan cabang yang kaku, berbunga lebat, bunga berwarna merah jambu pucat; bagian-bagian bunga berbilangan 5, berwarna lila pucat, harum; daun mahkota tinier, panjangnya mencapai 10 mm, tidak terlalu melipat seperti pada sebagian besar bunga mangga lain, hanya sedikit melipat pada bagian atas; benang sari yang fertil hanya seutas, tangkai sari panjangnya 5 mm, pangkalnya berwarna putih, makin ke ujung berwarna lembayung, berisi staminodia sebanyak 4 dan mirip gigi bentuknya; cakramnya sempit, mirip tangkai, panjangnya 1-1,5 mm, berwarna hijau pucat; bakal buahnya berbentuk bulat sadak (obliquely globose), berwarna coklat-kemerahan; tangkai putik nya eksentrik, panjangnya 8 mm, berwarna putih, berubah menjadi ungu setelah bunga mekar.

Bidara



Deskripsi
Kandungan Hasil analisis di India (angka, pertama) dan di Thailand (dalam kurung) merupakan komposisi per 100 g bagian yang dapat dimakan: air 86 (71,5) g, protein 0,8 (0,7) g; lemak 0,1 (1,7) g; karbohidrat 12,8 (23,7) g; Ca 30 (30) m, P 30 (30) mg, vitamin A 70 (50) SI, vitamin C 50-150 (23) mg. Nilai energinya 230 (470) kJ/100 g. Deskripsi Berperawakan pohon atau perdu yang menyemak, tingginya mencapai kira-kira 15 m, tumbuh tegak atau menyebar dengan cabang-cabangnya yang menjuntai; letak rantingnya simpangsiur, berbulu kempa; penumpunya berduri, menyendiri dan lurus (berukuran 5-7 mm) atau berbentuk dimorfik berpasangan, cabang yang kedua lebih pendek dan melengkung, duri kadang-kadang tidak ada; pohonnya selalu hijau atau setengah meranggas. Daunnya tunggal, letaknya berselang-seling, berbentuk bundartelur-jorong sampai bundar-telur-lonjong, berukuran (2-9) cm x (1,5-5) cm, tepinya sedikit beringgit atau rata, berkilap dan tak berbulu pada lembaran sebelah atasnya, berbulu kempa yang rapat, berwarna putih pada lembaran sebelah bawahnya, dengan 3 tulang daun membujur yang nyata; tangkai daunnya 8-15 mm panjangnya. Perbungaannya muncul dari ketiak daun, berbentuk payung menggarpu, panjangnya 1-2 cm, tersusun atas 7-20 kuntum bunga; gagang perbungaan panjangnya 2-3 mm; bunganya berdiameter 2-3 mm, berwarna kekuningan, sedikit harum, gagang bunganya 3-8 mm panjangnya; daun kelopaknya bercuping 5, berbentuk delta, bagian luarnya berambut, bagian dalamnya gundul; daun mahkota 5 helai, sedikit berbentuk sudip yang cekung, terlentik; benang sarinya 5 utas; bakal buahnya beruang 2, tangkai putiknya bercabang dua, cakramnya bercuping 10 atau beralur-alur. Buahnya bertipe buah batu, berbentuk bulat sampai bulat telur, dapat mencapai ukuran 6 cm x 4 cm untuk yang dibudidayakan, dan umumnya jauh lebih kecil untuk yang liar; kulit buahnya halus atau kasar, berkilap, tipis tetapi liat, berwarna kekuningan sampai kemerahan atau kehitaman; daging buahnya berwarna putih, mengeripik (crisp), banyak mengandung sari buah, rasanya agak asam sampai manis, menjadi menepung pada buah yang matang penuh. Bijinya terletak dalam batok yang berbenjol dan beralur tidak beraturan, yang berisi 1-2 inti biji yang berwarna coklat.

Bisbul



Deskripsi
Bisbul berperawakan pohon, berkelamin dua dan selalu hijau, tingginya 7-15(-32) m, diameter pangkal batangnya 50(-80) cm, tajuknya berbentuk kerucut. Daunnya berselang-seling, berbentuk lonjong, berukuran (8-30) cm x (2,5-12) cm, pinggirannya rata, pangkalnya biasanya membundar, ujungnya melancip, menjangat; lembaran daun sebelah atas berwarna hijau tua, berkilap, tak berbulu; lembaran daun sebelah bawah berbulu perak; daun mudanya berwarna hijau pucat sampai merah jambu, berbulu perak; tangkai daunnya mencapai panjang 1,7 cm. Bunga-bunga jantannya tersusun dalam payung menggarpu, di ketiak daun, terdiri atas 3-7 kuntum; tangkai bunganya pendek; daun kelopaknya berbentuk tabung, bercuping 4 yang~dalam, panjangnya kira-kira 1 cm; daun mahkotanya sedikit lebih besar daripada daun kelopak, berbentuk tabung dan bercuping 4 juga, berwarna putih susu; benang sarinya 24-30 utas, menyatu di pangkalnya, membentuk pasangan-pasangan; bunga betina soliter, berada di ketiak daun, bertangkai pendek, ukurannya sedikit lebih besar daripada bunga jantan, memiliki 4-5(-8) staminodia.

Minggu, 15 Juli 2012

Kumquat




Deskripsi
Kumkuat berperawakan rumpun atau pohon kecil yang selalu hijau, biasanya tingginya 24 m, cabangnya bersegi empat sewaktu muda, setelah lebih tua menjadi bundar, kadang-kadang memiliki satu duri ketiak. Daunnya tunggal, letaknya berseling, berbentuk lanset, panjangnya 3-10 cm, ujungnya lancip atau tumpul, dari ujung sampai pertengahan pinggiran daun itu bergerigi halus, warnanya hijau tua, berbintik kelenjar rapat sekali, terutama di lembaran sebelah bawah daun; tangkai daunnya seringkali bersayap sempit.

Minggu, 10 Juni 2012

Melon



Deskripsi
Tanaman melon mirip sekali dengan semangka, yaitu bercabang banyak, tetapi bulu batang lebih halus. Batang melon lebih pendek daripada semangka. Biji melon terkumpul di tengah dalam rongga buah, sedangkan biji semangka menyebar dalam daging buah. Daun dan batang: Daun melon lebar bercanggap (berlekuk), menjari agak pendek. Batang melon mempunyai alat pemegang (pilin) untuk memanjat. Ada jenis melon yang tepi daunnya bergelombang dan tidak bercanggap. Bunga: Bunga melon berumah satu dan berkelamin tunggal. Bunga yang muncul pertama hingga kelima biasanya bunga jantan. Lebah madu dan lalat hijau berperan dalam penyerbukan bunga ini. Buah: Buah melon umumnya bulat, walaupun ada yang panjang dan tidak banyak mengandung air. Tipe buah melon banyak sekali, di antaranya ada yang berkulit hijau, kuning, dan putih kekuningan. Namun, pada dasarnya ada tiga tipe buah, yakni buah yang kulitnya berjaring (net), kulitnya berjaring tidak jelas, dan berkulit halus tanpa ada tanda jaring. Semua buah melon berbiji banyak, terkumpul dalam rongga buah yang diliputi lendir. Lendir tersebut terasa manis, kenyal (keras), dan tidak banyak mengandung air. Ada jenis melon yang kulitnya berwarna hitam dengan daging kehijauan, misalnya tendral verde. Akar: Tanaman melon tidak jauh berbeda dengan semangka, mempunyai akar tunggang dan akar samping banyak serta agak dalam. Akar samping berupa serabut yang jumlahnya banyak, kuat, dan panjang.

Sabtu, 09 Juni 2012

CASIMIROA



Deskripsi
Tanaman ini berbentuk pohon yang selalu hijau; pohon 'casimiroa' yang berasal dari semai berperawakan tegak atau memencar, tingginya mencapai 18 m, sedangkan yang berasal dari sambungan tajuknya memencar dan tingginya hanya 10 m. Kulit pohonnya berwarna hijau cerah sewaktu muda, pada cabang yang tua berwarna kelabu, lentiselnya tampak jelas. Daunnya berbentuk tangan, beranak daun (3-)5(-7) helai; anak-daun berbentuk jorong sampai lanset, berukuran (7-13) cm x (2,5-5) cm, berujung tajam atau tumpul, pinggiran daun rata sampai beringgit kecil, sewaktu muda daun itu berwarna perak, kemudian berubah menjadi hijau cerah, berkilat. Malai pe'rbungaan memiliki 15-100 atau lebih kuntum bunga, terletak di pangkal atau ujung pucuk yang dewasa penuh, atau di ketiak daun; bunganya kira-kira berdiameter 1 cm, warnanya kuning pucat sampai krem, kadang-kadang berfungsi uniseksual; daun kelopaknya memiliki 5 cuping pendek, lancip dan berbulu; daun mahkotanya 5 helai, berukuran kecil dan berbentuk lonjong; benang sarinya berjumlah 5 utas; kepala putiknya bercuping 3--5. Buahnya bertipe buah batu (drupe), berbentuk bulat pipih, berwarna kuning kehijauhijauan, berdiameter sampai 8 cm, memiliki eksokarp yang tipis dan lunak, serta mesokarp yang tebal dan dapat dimakan. Bijinya gepeng, berbentuk lonjong sampai jorong, berukuran sekitar 2 x 1 Cm.

Selasa, 05 Juni 2012

SIRSAK



Deskripsi
Kandungan Buah sirsak tersusun atas 67% daging buah yang dapat dimakan, 20% kulit, 8,5% biji, dan 4%.poros tengah buah, dari berat keseluruhan buah. Kandungan gulanya sekitar 68% dari seluruh bagian padat daging buah. Sirsak merupakan sumber vitamin B yang lumayan jumlahnya (0,07 mg/100 g daging buah) dan vitamin C (20 mg/ 100 g daging buah), dan sedikit sampai sedang kandungan kalsium dan fosfornya. Sifat yang paling disenangi orang dari sirsak ini ialah harumnya dan aromanya yang sangat menggiurkan. Daging buahnya mirip dengan 'cherimoya', warna putihnya yang murni itu sangat stabil, walaupun sedang diolah. Sirsak berbentuk perdu atau pohon kecil, tingginya 3-10 m, tajuknya cocok dengan model arsitektur Troll, bercabang hampir mulai dari pangkalnya. Daun berbentuk lonjong-bundar telur sungsang, berukuran (8-16) cm x (3-7) cm, ujungnya lancip pendek; tangkai daun panjangnya 3-7 mm. Bunga-bunganya teratur, 1-2 kuntum berada pada perbungaan yang pendek, berwarna kuning kehijauan; gagang bunga panjangnya sampai 2,5 cm; daun kelopaknya 3 helai, berbentuk segi tiga, tidak rontok, panjangnya sekitar 4 mm; daun mahkota 6 helai dalam 2 baris, 3 lembar daun mahkota terluar berbentuk bundar telur melebar, berukuran (3-5) cm x (2-4) cm; 3 lembar daun mahkota dalam berukuran (2-4) cm x (1,5-3,5) cm, pangkalnya bertaji pendek; benang sarinya banyak, tersusun atas barisan-barisan, menempel di torus yang terangkat, panjangnya 4-5 mm, tangkai sarinya berbulu lebat; bakal buahnya banyak, berbulu lebat sekali, kemudian gundul. Buahnya yang matang, yang merupakan buah semu, berbentuk bulat telur melebar atau mendekati jorong, berukuran (10-20) cm x (15-35) cm, berwarna hijau tua dan tertutup oleh duri-duri lunak yang panjangnya sampai 6 mm, daging buahnya yang berwarna putih itu berdaging dan penuh dengan sari buah. Bijinya banyak, berbentuk bulat telur sungsang, berukuran 2 cm x 1 cm, berwarna coklat kehitaman, berkilap.

Minggu, 03 Juni 2012

Duwet




Deskripsi
Kandungan Tiap 100 g bagian yang dapat dimakan mengandung: 84-86 g air, 0,2-0,7 g protein, 0,3 g lemak, 14-16 g karbohidrat, 0,3-0,9 g serat, 0,4-0,7 g abu, 8-15 mg kalsium, 15 mg fosfor, 1,2 mg besi, 0,01 mg riboflavin, 0,3 mg niasin, sedikit sekali vitamin A dan tiamina, serta 5-18 mg vitamin C. Nilai energinya 277/100 g. Deskripsi Berperawakan pohon yang kokoh, selalu hijau, tingginya 20(-30) m, diameter batangnya 40-90 cm, percabangannya rendah, tajuknya tidak beraturan atau bulat, menyebar selebar 12 m; kulit kayunya yang berada di pangkal batang kasar dan berwarna kelabu tua, sedangkan makin ke atas licin dan berwarna kelabu muda. Daunnya berhadapan, bentuknya bundar-telur-sungsang-jorong sampai lonjong-menjorong, berukuran (5-25) cm X (2-10) cm, pangkalnya berbentuk pasak atau membundar, ujungnya tumpul atau menirus berujung lancip, tepinya rata, dan berpinggiran tipis serta tembus pandang, menjangat tebal, selagi muda berwarna merah jambu, kemudian lembaran sebelah atas berwarna hijau tua berkilat, jika diremas agak berbau terpentin; tangkai daunnya 1-3,5 cm panjangnya. Perbungaannya bertipe malai, pada umumnya muncul dari cabang-cabang yang tidak berdaun, soliter atau dalam berkas, berbunga banyak dan rapat-rapat, panjangnya 5-12 cm; bunganya kecil dan wangi; daun kelopaknya berbentuk lonceng melebar, panjangnya 4-6 mm, bagian atasnya bergigi tidak beraturan; cakramnya berwarna kuning; daun mahkotanya 4 helai, lepas-lepas, berbentuk bundar, berwarna putih keabu-abuan sampai merah jambu; benang sarinya banyak, panjangnya 4-7 mm, berwarna putih; bakal buahnya dengan 2-3 ruang, tangkai putik 6-7 mm panjangnya, berwarna putih. Buahnya bertipe buah buni, . berbentuk lonjong sampai bulat-telur, seringkali membengkok, bermahkotakan cuping kelopak, panjangnya 1-5 cm, berwarna ungu tua, bergerombol mencapai 40 butir; daging buahnya berwarna kuning-kelabu sampai ungu, mengandung banyak sari buah, hampir tidak berbau, dengan rasa sepat keasamasaman. Bijinya 0-5 butir, berbentuk lonjong, panjangnya sampai 3,5 cm, berwarna hijau sampai coklat.

MAJA



Deskripsi
Kandungan Daging buah maja halus, kuning atau oranye, harum sekali dan enak rasanya. Bagian yang dapat dimakan (daging buahnya) sebanyak 56-77% dari keseluruhan buah; untuk setiap 100 gram berisi: 61,5 g air, 1,8 g protein, 0,39 g lemak, 31,8 g karbohidrat, 1,7 g abu, 55 mg karotena, 0,13 mg tiamin, 1,19 mg riboflavin, 1,1 mg niasin, dan 8 mg vitamin C. Buah maja mengandung banyak tanin (kulit buahnya mencapai 20% tanin). Marmelosina (C13H12O3), rninyak yang miadah rnenguap, limonena, alkaloid, kumarin dan steroid juga dijumpai pada berbagai bagian dari pohon maja ini. Botani Pohon maja berukuran kecil dan mudah luruh daunnya, tingginya 10-15 m, pangkal barangnya berdiameter 25-50 cm. Cabang-cabang tuanya berduri; durinya tunggal atau berpasangan, panjangnya 1-2 cm. Daunnya berseling, beranak daun tiga-tiga; tangkai daunnya 2-4 cm panjangnya, tangkai daun lateral mencapai 3 mm, tangkai daun terminal sampai 15 mm; anak daun lateral bundar telur (ovate) sampai Prong (elliptic), mencapai 7 cm x 4,2 cm, anak daun terminal bundar telur sungsang (obovate) mencapai ukuran 7,5 cm x 4,8 cm, berbintik bintik kelenjar kecil-kecil tetapi rapat. Perbungaannya berbentuk tandan di ketiak, panjangnya 4-5 cm, bunga-bunganya bergerombol dengan kelopaknya bersegi tiga melebar, panjangnya 1,5 mm; daun mahkotanya lonjong-bundar telur sungsang, 14 mm x 8 mm, kehijau-hijauan sampai putih; benang sarinya 35-45 lembar, putih, tangkai sarinya 4-7 mm panjangnya; bakal buahnya 8 mm x 4 mm, tangkainya sangat pendek. Buahnya berupa buah buni yang agak bulat, diameternya 5-12,5 cm, seringkali bertempurung mengayu yang keras, bersegmen 8-i6(-20), berbiji 6-10 butir, berada di dalam daging buah yang jernih, lengket dan dapat dimakan. Bijinya terbungkus oleh bulu-bulu seperti wol, berada di dalam kantung yang berlendir lengket, yang akan mengeras jika dikeringkan, kulit bijinya putih.

DELIMA



Deskripsi
Kandungan Analisis bagian buah delima yang dapat dimakan di India menunjukkan komposisi per 100 gram sebagai berikut: air 78 g, protein 1,6 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 14,5 g, serat 5,1 g, dan mineral 0,7 g. Analisis lain menunjukkan suatu kandungan gula inversi mencapai 20%, yang 5-10 % -nya berupa glukosa, asam sitrat (05-3,5%), asam borat (sedikit sekili) dan vitamin C (4 mg/ 100 g). Zat pewarna kuning pada kulit buah delima adalah asam galotanat. Kandungan tanin tertinggi ada pada kulit akar (28%), tetapi kulit buahnya yang kering juga mengandung banyak tanin (sampai 26%). Alkaloid di dalam kulit batangnya termasuk ke dalam kelompok piridina. Botani Berperawakan perdu meranggas atau pohon kecil yang bengkok-bengkok, mencapai tinggi 6(-10) m, seringkali bercabang banyak dekat bagian pangkalnya; cabangnya sering berujung duri, tetapi terdapat juga duri ketiak, kadang-kadang pada cabang yang berdaun sekalipun. Daunnya kebanyakan berhadapan, kadang-kadang hampir berhadapan, atau beberkas, bentuknya lonjong sampai lanset, berukuran (1-9) cm x (0,5-2,5) cm, pangkalnya lancip atau tumpul, pinggirannya rata, ujungnya tumpul atau cabik cabik, lembaran sebelah atas berkilap, lembaran sebelah bawah betul-betul menerna dengan tulang daun utama yang menonjol; tangkai daunnya sangat pendek. Bunga 1-5 kuntum berada di ujung ranting, berlilin, panjang dan lebarnya sama-sama 4-5 cm; daun kelopak dan penyangganya sama-sama 2-3 cm panjangnya, berwarna merah atau kuning pucat, berdaging, bercuping 5-8 dan lancip; daun mahkotanya 3-7 helai, mengeriput, berwarna merah, putih atau belangbelang; benang sarinya banyak sekali, tangkai putiknya lebih panjang daripada benang sarinya. Buahnya bertipe buah buni, berbentuk bulat, berdiameter 6-12 cm, bermahkotakan daun kelopak yang tidak rontok, warna buah itu bervariasi dari hijau-kuning sampai ungu-hitam, kulit buahnya menjangat; bagian dalam buah terbagi-bagi oleh kulit tipis dengan jaringan spons berwarna putih menjadi beberapa ruangan yang penuh dengan butir-butir kecil yang tembus cahaya, masing-masing berisi daging buah yang berair dan sebutir biji. Bijinya berbentuk segi empat tumpul, berwarna merah, merah jambu atau putih-kekuningan. Di daerah subtropik, pohon delima berbunga pada musim semi bersamaan dengan pertumbuhan pucuk secara serentak; buahnya matang pada penghujung musim panas setelah 5-7 bulan. Sementara buah tumbuh, pucuk-pucuk baru yang tumbuh serentak pada musim panas akan menghasilkan bunga pada musim semi berikutnya. Di daerah tropik, pertumbuhan dan pembungaan kurang-lebih bermusim, tetapi mungkin terjadi 3 kali tumbuhnya pucuk secara serentak dalam setahun, yang masingmasing dapat menghasilkan bunga; tetapi hanya satu kali tumbuhnya pucuk yang serentak, yang bertepatan dengan akan tumbuhnya sejumlah buah yang kiranya akan menghasilkan bunga. Bunga-bunga muncul di ujung ranting dan di pucuk samping yang pendek (taji). Bunga-bunga itu diserbuki oleh serangga. Pembentukan buah makin baik sesuai dengan urutan berikut: penyerbukan sendiri, penyerbukan terbuka, penyerbukan silang dengan tangan. Pada keadaan lingkungan yang menguntungkan, lebih dari setengah jumlah bunga mungkin menjadi buah.

Sabtu, 02 Juni 2012

Budidaya Buah Naga

Klasifikasi Buah Naga
Divisi               : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi         : Agiospermae (berbiji tertutup)
Kelas                : Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo                : Cactales
Famili              : Cactaceae
Subfamily        : Hylocereanea
Genus              : Hylocereus
Species            : - Hylocereus undatus (daging putih)
  - Hylocereus polyrhizus ( daging merah)
  - Hylocereus costaricensis (daging merah super)
  - Selenicereus megalanthus (kulit kuning, tanpa sisik)

Buah naga termasuk kelompok tanaman kaktus atau family Cactaceae dan subfamily Hylocereanea. Termasuk genus Hylocereus yang terdiri dari dari beberapa species, dan diantaranya adalah buah naga yang biasa dibudidayakan dan bernilai komersial.

Kamis, 08 Maret 2012

EDAMAME



EDAMAME
Family Fabaceae
Deskripsi
Edamame merupakan kedelai asal Jepang yang sangat dikenal. Bentuk tanamannya lebih besar dari kedelai biasa, begitu pula biji dan polongnya. Warna kulit polong bervariasi dari hitam, hijau, atau kuning.
Manfaat
Biasanya orang Jepang merebus polongnya yang muda sebagai cemilan saat minum sake.
Syarat Tumbuh
Sama halnya dengan kedelai biasa, kedelai jepang ini pun memerlukan hawa yang cukup panas dengan curah hujan yang relatif tinggi. Sehingga jenis ini cocok bila ditanam di Indonesia yang beriklim tropis. Pada umumnya, pertumbuhan tanaman akan balk pada tanah yang berketinggian tidak lebih dari 500 m dpl. Dengan drainase dan aerasi yang baik, edamame dapat tumbuh baik pada tanah-tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Selain itu, ia menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya bahan organik. Keasamaan tanah (pH) yang cocok untuknya berkisar antara 5,8-7,0. Tanah yang terlalu asam akan menghambat pertumbuhan bintil akar dan proses nitrifikasi. Sebagai indikator yang paling mudah adalah jagung. Bila tanah itu baik untuk jagung, maka baik pula untuk jenis kedelai ini.

PILI



PILI
Family BURSERACEAE
Deskripsi
Tanaman pili merupakan pohon dioesis yang selalu hijau, tingginya mencapai 20 m, dan diameternya 50 cm. Stipulanya kekal, berbentuk segitiga sampai berbentuk lidah (ligulate), berukuran (5-20) mm x (3-10) mm. Daunnya majemuk beranak daun 2-4 helai, bersirip ganjil, tersusun spiral, panjangnya mencapai 40 cm; anak-daunnya bundar telur sampai jorong, berukuran (4-24) cm x (2-12) cm, menjangat-kaku, berpinggiran rata, pangkalnya miring, membundar sampai bentuk jantung sungsang, ujungnya luncip mendadak, memiliki 8-12 pasang urat daun. Perbungaannya muncul dl ketiak daun, bergerombol di ujung cabang, berbentuk ‘tyrsoid’ sempit, panjangnya 3-12 cm, menyandang bunga sedikit saja; bagian-bagian bunga berkelipatan tiga, bunga berkelamin tunggal, berukuran sampai 12 mm, bertangkai pendek sekali, berbulu halus panjang; daun kelopaknya berbentuk cawan, pada bunga jantan ukurannya 7 mm, pada bunga betina 8-9 mm; daun mahkotanya berukuran 2 x 1 cm; benang sarinya 6 utas, pada bunga jantan benang sari itu agak menempel ke cakramnya, menancap di bibir cakram, dan pada bunga betina benang sari ini steril; pada bunga jantan putik tidak ada, sedangkan pada bunga betina panjangnya 7 mm; bakal buahnya beruang tiga, tangkai putiknya 1,S mm, dan kepala putiknya bercuping tiga. Buahnya bertipe buah batu, berbentuk agak bulat telur sampai agak jorong, panjangnya 3,5-6,25 cm, berdiameter 2-2,75 cm, berbentuk lancip dan penampang melintangnya segitiga; eksokarpnya tipis, tak berbulu, berkilap, berubah dari hijau muda ke hitam-lembayung, mesokarpnya berserat, berdaging dan tebal, endokarpnya (batok) memanjang, mengeras, bersegi tiga, pangkalnya lancip, ujungnya tumpul, berwarna coklat soga sampai coklat kotor, sel-sel yang steril sedikit sekali jumlahnya. Berbiji tunggal dengan kulit biji yang berwarna coklat. Biji pili, yang merupakan kira-kira 11% dari berat buah segar, mengandung 41,8% air, dan dari berat keringnya diperoleh 13,9% protein dan 73,1 % lemak. Nilai energinya adalah 2700 kJ/100 g. Minyaknya mengandung 59,6% gliserida oleat dan 38,2% gliserida palmitat. Kulit buah, yang banyaknya kira-kira 65% dari berat buah, mengandung 73% air, dan dari berat keringnya diperoleh 8% protein, 33,6% lemak, 45,8% karbohidrat, dan 9,2% abu. Nilai energinya adalah 2230 kJ/100 g. Minyaknya mengandung 56,7% gliserida oleat, 13,5% gliserida linoleat, dan 29,3176 asam lemak jenuh. Berat bijinya 0,74-5,13 g.

Kesemek



Kesemek adalah nama sejenis buah-buahan dari marga Diospyros. Tanaman ini dikenal pula dengan sebutan buah kaki, atau dalam bahasa Inggris dinamai Oriental (Chinese/Japanese) persimmon. Nama ilmiahnya adalah Diospyros kaki. (‘Kaki’, bahasa Jepang, adalah nama zat tanin yang dihasilkan buah ini).
Sepintas kesemek (Diospiros kaki) mirip buah apel, jika sudah matang warna kulitnya kekuningan. Rasanya manis dengan tekstur daging renyah seperti papaya mengkal dan berangsur lunak seiring dengan matangnya buah. Selain dimakan sebagai buah meja, kesemek cukup potensial sebagai bahan baku manisan atau selai.
Jika sedang musim, buah kesemek sangat melimpah. Pasar kurang bisa menyerap buah karena tidak semua orang menyukainya. Kondisi ini seringkali menjadikan harga buah sangat murah. Perlu dilakukan penganekaragaman olahan kesemek paska panen agar citarasa, daya tahan serta nilai ekonominya meningkat.

Gandaria




GANDARIA
Family ANACARDIACEAE

Deskripsi
Gandaria berbentuk pohon yang tingginya mencapai 27 m, dengan kulit kayunya yang retak-retak, berwarna coklat muda, dan seringkali memiliki ranting yang menggantung, tak berbulu, bersegi empat atau pipih. Daunnya tunggal, berbentuk bundar telur-lonjong sampai bentuk lanset atau jorong, menjangat, berkilat, berpinggiran rata, pangkalnya lancip sampai bentuk pasak, ujungnya lancip (acute) sampai luncip (acuminate), tangkainya 1-2,5 cm panjangnya. Perbungaannya malai, muncul di ketiak daun, panjangnya 4-12 cm; Bagian-bagian bunganya sebagian besar berkelipatan empat, berukuran kecil, cuping kelopaknya bundar telur melebar; daun mahkotanya lonjong sampai bundar telur sungsang, berukuran (1,5-2,5) mm x 1 mm, berwarna kekuning-kuningan, kemudian secepatnya berubah menjadi coklat. Buahnya bertipe buah batu, berbentuk agak bulat, berdiameter 2,5-5 cm, berwarna kuning sampai jingga, daging buahnya mengeluarkan cairan kental; buahnya tidak berbulu, rasanya asam sampai manis, dengan bau yang khas agak mendekati bau terpentin.

Kecapi



KECAPI
Family MELIACEAE
Deskripsi
Kandungan Kulit buahnya yang keras itu mungkin tipis atau tebal, dan rasa daging buahnya bervariasi dari manis sampai asam. Di Filipina, buah yang berasal dari pohon tanpa seleksi var. ‘Alami’ (dinamakan demikian untuk membedakannya dengan kultivar introduksi “Bangkok”) mengandung daging buah kurang lebih 53%. Setiap 100 g bagian yang dapat dimakan mengandung: air 83,9 g, protein 0,7 g, lemak 1 g, karbohidrat 13,7 g, serat 1,1 g, abu 0,7 g, kalsium 11 mg, fosfor 20 mg, besi 1,2 mg, kalium 328 mg, dan vitamin C 14 mg. Nilai kalorinya sebesar 247 kJ/100 g. Deskripsi Berperawakan pohon setengah meranggas, tingginya mencapai 30 m, diameter batangnya 90 cm, mengandung getah seperti susu. Daunnya berselang-seling, beranak daun tiga helai, bertangkai panjang, panjang tangkainya mencapai 18,5 cm, anak daunnya berbentuk jorong sampai lonjong-bundar-telur, anak daun ujungnya berukuran (6-26) cm x (3-16) cm, tangkainya 2-9 cm panjangnya, anak daun sampingnya berukuran (4-20) cm x (2-15) cm, tangkainya mencapai panjang 1 cm, melancip ke ujungnya, membulat atau sedikit runcing pada bagian pangkalnya, lembaran anak daun sebelah atas berwarna hijau berkilat, sebelah bawah berwarna hijau pucat. Perbungaannya bertipe malai berada di ketiak daun, panjangnya dapat mencapai 2 5 cm; bunganya biseksual, berwarna hijau kekuning-kuningan, berukuran kirakira 1 cm x 1,3 cm; daun kelopaknya berbentuk cawan, bercuping 5, daun mahkotanya 5 helai, berbentuk lanset sungsang, panjangnya kira-kira 1 cm; tabung benang sarinya berbentuk silinder dengan ujungnya berbentuk 10 gigi yang terpisah, kepala sarinya 10 butir, putiknya terdiri atas kepala putik yang besar, tangkas putik yang lampai dan panjang, serta bakal buah yang beruang 5, dikelilingi oleh sebuah cakram yang ‘laciniate’, berwarna kekuning-kuningan. Buahnya bertipe buah buni, berbentuk bulat pipih, berdiameter 5-6 cm, berwarna kuning keemasan, berbulu halus; daging buah bagian luarnya tebal dan keras, berwarna merah daging dan rasanya agak asam; daging buah bagian dalam lunak, berwarna putih, rasanya asam sampai manis, biasanya melekat pada biji. Bijinya 2-5 butir per buah, berbentuk bulat telur, sungsang, berwarna coklat berkilat, berukuran besar; keping bijinya berwarna merah.